WARTABANJAR.COM, LONDON- Inggris saat ini dikabarkan sedang dalam masa krisis energi hingga memaksa jutaan rakyatnya rela tidak makan demi membayar listrik.
Menurut laporan Money Advice Trust, diperkirakan 20 persen orang dewasa Inggris atau 10,9 juta orang menunggak tagihan.
Angka ini naik sekitar 45 persen sejak perhitungan terakhir di Maret lalu.
Selain itu, mengutip The Guardian, Jumat (23/9/2022), berdasarkan survei opinium, terdapat 5,6 juta warga rela tak makan dalam tiga bulan terakhir sebagai akibat dari krisis tersebut.
Ini termasuk melewatkan makan, makan sekali sehari, atau tidak makan sama sekali selama beberapa hari.
Tidak hanya itu, hampir 8 juta orang telah menjual barang pribadi atau alat rumah tangga untuk membantu menutupi tagihan.
Kepala Eksekutif Opinium, Joanna Elson menyatakan jaminan harga energi pemerintah telah memang meredakan ketakutan akan kenaikan tagihan di masa yang akan datang namun krisis terlanjur berdampak pada jutaan orang.
“Banyak rumah tangga sudah menghadapi pilihan yang tidak mungkin, seperti melewatkan makan hanya untuk menyalakan lampu,” kata Elson.
Opinium pun meminta pemerintah menggunakan anggaran minggu ini untuk memberikan dukungan kepada warga yang berpenghasilan terendah.
Menurut badan amal itu, banyak warga Inggris yang sudah tidak memiliki cadangan dana untuk mengatasi kenaikan harga.
Berdasarkan survei 41 persen rumah tangga telah memotong semua pengeluaran yang tidak penting.
Penelitian menunjukkan bahwa kenaikan harga energi yang tinggi, membuat jutaan orang tak mampu membayar.