Adapun dalam ekspedisi tersebut, 10 peneliti mendaki ke dasar South Col Glacier dan memasang dua stasiun pendeteksi cuaca, satu di ketinggian 27.600 kaki (8.430 m) dan yang lainnya di ketinggian 26.200 kaki (7.945 m) di atas permukaan laut.
Tim juga mengebor inti es sepanjang 32 kaki (10 meter) dari gletser untuk mengungkapkan bagaimana ketebalan es gletser telah berubah dari waktu ke waktu.
Selanjutnya, tim menjalankan model komputer untuk mensimulasikan pertumbuhan dan kemunduran gletser selama ribuan tahun.
Tim menyimpulkan bahwa South Col Glacier telah kehilangan lebih dari 180 kaki (54 m) ketebalan es dalam 25 tahun terakhir.
Sementara efek angin dan perubahan kelembaban mungkin sedikit banyak berkontribusi pada hilangnya es ini.
“Perubahan iklim yang disebabkan manusia adalah penyebab yang luar biasa,” kata para peneliti.
Faktanya, tim menemukan bahwa South Col Glacier mungkin mulai menipis akibat perubahan iklim sejak 1950-an.
Namun, pada 1990-an, tingkat pencairan meningkat secara signifikan ketika tumpukan salju gletser (lapisan luar salju yang menumpuk seiring waktu) akhirnya menghilang, memaparkan es mentah gletser ke radiasi matahari.
“Karena kehilangan perisai es putihnya untuk memantulkan sinar matahari, South Col Glacier ditakdirkan cair dengan cepat,” tulis para peneliti.
South Col Glacier hanyalah salah satu gletser di antara banyak gletser di Himalaya.
Namun, posisinya di puncak dunia menunjukkan bahwa tidak ada massa es yang aman dari perubahan iklim.
Apabila tren pencairan yang sama terjadi di gletser lain di seluruh Himalaya, maka cadangan air gletser yang menjadi sandaran lebih dari 1 miliar orang untuk air minum dan irigasi, mulai menipis secara signifikan. (*)