Pasalnya, tidur dapat menghambat kerja tubuh untuk mencerna makanan dalam tubuh.
Oleh karena itu, para ahli kesehatan kerap berpesan agar aktivitas makan tidak langsung diikuti oleh tidur, melainkan dengan sejumlah aktivitas fisik yang dapat membantu sistem pencernaan dan metabolisme dalam tubuh bekerja lebih optimal menyerap berbagai nutrisi hasil konsumsi.
Di samping aktivitas fisik, jam tidur yang cukup jadi salah satu kebutuhan yang penting dipenuhi, kata Azis.
“Jam sembilan, jam 10, biasanya saya sudah tidur jika tidak ada kegiatan. Tapi, kalau ada kegiatan, (jam tidur) itu saya putar lagi. Saya kalau malam ada kegiatan, berarti besok paginya sampai jam shalat Zuhur (sekitar pukul 12.00), akan mengosongkan jadwal,” katanya.
“Kita perlu tidur (yang cukup) dan bahaya jika tidak begitu (dilakukan dengan baik),” ujarnya menambahkan.
Beribadah di rumah
Terlepas dari berbagai pengalamannya itu, Azis berpendapat taat protokol kesehatan merupakan prioritas utama tetap sehat dan jauh dari segala risiko penyakit, utamanya COVID-19.
Oleh karena itu, ia mengatakan selama puasa Ramadhan, berbagai kegiatan banyak dihabiskan di dalam rumah bersama keluarga.
“Ngabuburitnya baca Al Quran, buku-buku tafsir, dan baca buku (di rumah),” kata Azis menceritakan kebiasaannya menghabiskan waktu jelang berbuka atau yang populer dengan istilah ngabuburit.
“Sekarang sekitar 12 (juz),” kata Azis sembari menunjukkan batas bacaan Al Qurannya kepada ANTARA.
Ia mengaku lebih memilih membaca Al Quran lewat buku fisik daripada di layar gawai, karena ukuran huruf di buku jauh lebih besar dan nyaman bagi mata.
Umumnya, ngabuburit banyak dilakukan di luar rumah, misalnya berbelanja jajanan/cemilan berbuka puasa, bertemu dengan rekan atau sejawat, atau menghabiskan waktu di masjid dan musala.
Namun, menurut Azis, kegiatan ngabuburit yang aman sebaiknya dilakukan di dalam rumah agar mengurangi risiko penularan COVID-19.