WARTABANJAR.COM, JAKARTA-Awal tahun 2021, Indonesia memasuki cuaca dengan curah hujan yang sangat tinggi sehingga menyebabkan banjir di sejumlah wilayah.
Kini, meski curah hujan sudah mulai menurun, ancaman banjir dadakan masih berpotensi melanda berbagai daerah, terutama di wilayah berpenduduk padat dengan fasilitas penanggulangan banjir yang belum maksimal.
Di Jakarta misalnya, terdapat tantangan dari beberapa penjuru yang mempengaruhi terjadinya banjir.
Per Februari 2021, BPBD DKI Jakarta melaporkan sebanyak 193 RT dari total 30.470 RT di Jakarta yang terdampak banjir.
Sekitar 29 RW terdampak berada di Jakarta Selatan, yang terdiri dari 44 RT, dengan ketinggian 40-150 cm dan terdapat pengungsi sebanyak tujuh keluarga dengan total 19 jiwa.
Untuk Jakarta Timur, terdapat 50 RW yang terdampak, terdiri dari 143 RT, dengan ketinggian 40-180 cm dan 372 keluarga dengan total 1.361 penduduk yang harus mengungsi.
Untuk Jakarta Barat, sebanyak 4 RW dan 6 RT yang terdampak banjir.
Dengan demikian, total jumlah pengungsi di seluruh DKI sebanyak 379 keluarga dengan total 1.380 jiwa.
Pakar Tata Kelola Air dari Universitas Indonesia, Firdaus Ali, menyatakan bahwa dengan berbagai tantangan yang muncul, kapasitas sistem drainase Jakarta belum mampu menopang tingginya curah hujan.
“Kapasitas drainase Jakarta hanya mampu menahan debit hujan 50-100 mm per hari. Sementara, curah hujan Jakarta umumnya berkapasitas di atas 150 mm per harinya. Meski pemerintah mengantisipasi bahwa banjir tahun ini dapat tertangani dengan baik dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk surut, penanganan fasilitas, seperti drainase dan saluran air akan terus menyebabkan permasalahan banjir yang sama jika belum dilakukan perencanaan secara efektif,” kata Firdaus dalam siaran pers, Rabu (1/4/2021).
Perencana keuangan Deni Rachmat mengatakan ada banyak risiko yang dihadapi saat banjir, salah satunya kerusakan aset seperti properti dan kendaraan.
“Untuk meminimalisir kerugian banjir, perlu dilakukan perencanaan finansial yang sesuai seperti melalui produk asuransi yang khusus memberikan perlindungan akibat banjir,” katanya.
Sayangnya, seringkali orang menganggap tidak memerlukan asuransi karena ada penghasilan yang dapat menutupi biaya-biaya tersebut, tapi perlu diingat bahwa tujuan asuransi adalah untuk memberi perlindungan dengan biaya yang terjangkau.
“Hal ini semakin penting karena banjir tidak hanya merusak aset seperti rumah atau kendaraan, namun juga dapat mengganggu kesehatan dengan berbagai penyakit yang bisa timbul,” kata Dani.
Untuk meminimalisir kekhawatiran, masyarakat sebaiknya memiliki rencana perlindungan yang sesuai, contohnya melalui asuransi.
“Perlu dirancang perencanaan yang ideal untuk mengantisipasi bencana seperti banjir, mengingat kembali bahwa kerugian tidak hanya mempengaruhi properti atau barang pribadi, melainkan juga kesehatan, serta usaha yang dijalankan,” kata Wahyuni Murtiani, Head of Corporate Communications Allianz Life Indonesia.
Berikut rekomendasi yang dapat membantu warga dalam mengantisipasi kerugian banjir dan memastikan perlindungan yang ideal menurut Wahyuni:
1. Asuransi properti all-risk
Dalam asuransi properti, manfaat perlindungan yang diberikan di antaranya yaitu penggantian atas kerusakan pada bangunan, isi properti seperti perabotan dan barang elektronik sebagai akibat dari kebakaran, dan juga dapat diperluas dengan perlindungan banjir, gempa bumi dan letusan gunung berapi.