WARTABANJAR.CO, CHICAGO – Harga emas jatuh pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), ketika sebagian besar investor masih memburu obligasi AS yang memberikan imbal hasil relatif tinggi meskipun sedikit menyusut.
Sementara prospek inflasi yang lebih kuat didorong oleh peningkatan stimulus fiskal di Amerika Serikat, membatasi penurunan emas lebih lanjut.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi COMEX New York Exchange, merosot 6,6 dolar AS atau 0,36 persen menjadi ditutup pada 1.844,20 dolar AS per ounce.
Sehari sebelumnya, Senin (11/1/202), terangkat 15,4 dolar AS atau 0,84 persen menjadi 1.850,80 dolar AS.
Pada akhir pekan lalu, Jumat (8/1/2021), emas berjangka terjun 78,2 dolar AS atau 4,09 persen menjadi 1.835,40 dolar AS.
Ini merupakan penyelesaian emas berjangka terendah sejak 14 Desember, serta persentase kerugian satu hari terburuk untuk kontrak paling aktif sejak 9 November.
“Kesediaan investor untuk membeli (surat) utang AS meningkatkan kepercayaan pada aset-aset AS sehingga saham-saham menguat dan dolar tergelincir, keduanya keduanya membantu emas sedikit menguat,” kata Tai Wong, kepala perdagangan derivatif logam dasar dan mulia di BMO.
Indeks dolar tergelincir 0,3 persen terhadap para pesaingnya, sementara imbal hasil obligasi AS 10-tahun turun ke terendah sesi 1,146 persen setelah lelang 10 tahun yang kuat.
“Akan ada paket stimulus besar yang akan mendukung pasar emas, tidak hanya dapat merangsang permintaan tetapi juga mendorong ide-ide dari beberapa masalah inflasi harga,” kata analis senior Kitco Metals, Jim Wyckoff.