WARTABANJAR.COM, BANJARMASIN-Vokalis band Gigi, Armand Maulana tak menampik bahwa lagu-lagu bertema kemerdekaan atau nasionalisme harus cukup intens diperdengarkan kepada masyarakat terutama kaum muda.
Meski demikian, dia mengatakan belum berencana membuat lagu dengan tema tersebut, baik bersama Gigi maupun proyek solo, karena beberapa alasan.
Menurut Armand Maulana, membuat lagu dengan tema kemerdekaan atau nasionalisme memiliki tantangan yang berbeda dan tidak mudah jika dibandingkan dengan lagu-lagu yang bertema lain.
“Sebetulnya gampang-gampang sulit ya. Menciptakan lagu yang liriknya bukan cinta itu memang susah. Ngeri juga kita ngeluarin lagu nasionalisme atau lagu kritik sosial terus tiba-tiba pesannya gak sampai,” kata Armand Maulana kepada ANTARA, Senin (16/8/2021).
Armand Maulana menambahkan, orang cenderung akan lebih menerima lagu-lagu dengan lirik cinta karena akan banyak yang merasa terwakili oleh lagu tersebut.
“Semua orang mengalami cinta. Yang udah tua aja bisa tetap jatuh cinta apalagi anak-anak muda. Jadi, pasti lirik itu akan lebih diterima,” ujar Armand Maulana.
Tak hanya soal lirik, Armand Maulana juga mengatakan bahwa musisi dan komposer juga perlu berusaha lebih keras saat mengaransemen lagu agar dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat terutama kaum muda.
Salah satunya, dengan tetap mempertahankan rasa yang pop di dalam lagu-lagu tersebut.
Pria pemilik nama lengkap Tubagus Armand Maulana ini kemudian memberikan beberapa contoh lagu bertema nasionalisme yang sukses, seperti lagu “Bendera” milik grup band Cokelat, “Dari Mata Sang Garuda” milik Pee Wee Gaskins, dan “Garuda di Dadaku” milik Netral.
“Lagu ‘Bendera’ dari Cokelat, itu kan mengenai nasionalisme. Lagunya enak, aransemennya pas. Jadi sekarang lagu itu tiap 17 Agustus kayak lagu kedua setelah Indonesia Raya,” tutur Armand Maulana.
“Nah harusnya digarap seperti itu, tetap dengan jiwa muda, sense of pop yang kuat. Effort-nya memang lebih susah saat membuat lagu itu,” tandasnya. (ant)