WARTABANJAR.COM, BARABAI– Aroma harum bunga mawar, melati, kenanga, hingga tujuh rupa tercium semerbak di Pasar Keramat Barabai dekat tugu air mancur, Jl Ir. P. H. M. Noor.
Di salah satu sudut pasar, seorang perempuan paruh baya tampak tekun menata dagangannya.
Dialah Hj. Kasmiati (52), penjual “bunga barenteng” yang sudah lebih dari 30 tahun menekuni usaha ini.
Bagi warga Hulu Sungai Tengah (HST), bunga barenteng menjadi kebutuhan penting dalam berbagai kegiatan adat dan religi.
Dari mandi pengantin, betamat Al-Qur’an, hajatan, hingga acara kematian, bunga selalu hadir sebagai simbol kesakralan.
“Lengkap di sini, ada bunga untuk pengantin, untuk kematian, sampai mandi tujuh rupa. Bahkan ada orang yang mencarinya untuk doa-doa tertentu. Jadi apapun acaranya, bunga pasti dicari,” ujar Kasmiati kepada wartabanjar.com, Jumat (3/10/2025).
Namun di balik fungsi umumnya, ada kisah unik yang dialami Kasmiati.
Ia mengaku pernah mendapati pembeli yang sengaja mencari bunga melati bukan untuk ritual, melainkan untuk dimakan langsung.
“Ada binian (perempuan) yang memang sengaja makan melati, biasanya tujuh kuntum atau tiga kuntum, tetapi tujuannya kurang tahu apakah untuk kesehatan atau untuk apa, biasanya membeli lalu langsung dimakan di sini,” ungkapnya.
Fenomena itu, kata Kasmiati, jarang terjadi, tetapi cukup berkesan karena berbeda dari kebiasaan mayoritas pembeli.