JENGKOL atau bahasa Banjar biasa disebut jaring adalah salah satu makanan yang banyan disukai, karena rasanya yang menggugah selera makan.
Terkadang banyak yang tak suka karena aromanya yang begitu menyengat. Tapi, olahan jaring di Desa Pingaran, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar ini berbeda.
Olahan jaring mereka tidak memiliki aroma jengkol yang khas.
Desa Pingaran memang dikenal sebagai Kampung Jaring karena mayoritas masyarakat yang memproduksi olahan jengkol atau jaring.
Baca Juga
Jadwal Banjar Bersholawat Bersama Habib Syech di RTH Ratu Zalecha
Terutama di momen Idul Fitri, olahan makanan ini biasanya dijadikan oleh-oleh.
Seperti yang ditekuni Haji Baidawi selama kurang lebih 10 tahun ini, ia memproduksi 50 kilogram jaring setiap harinya di Desa Pingaran Ilir, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar.
“Alhamdulillah selalu habis, bahkan kadang saya lebih 50 kilo mengolahnya,” jelasnya, Rabu (21/8/2024)
Ia pun menceritakan proses pengolahan jaring agar aroma khasnya berkurang supaya bisa dimakan dengan lahap oleh penikmatnya.
Pada awalnya, jaring akan direbus selama kurang lebih tiga jam terlebih dahulu. Kemudian, jengkol akan dikupas dan direndam di dalam air sebelum direbus untuk kedua kalinya.
“Lalu rebusan kedua biasanya kita mulai dari siang sampai subuh,” ungkapnya.
Direbusan kedua, jaring akan direbus bersama daun jambu biji untuk menghilangkan aroma khasnya. Daun jambu biji inilah yang membuat jaring Khas Pingaran tak beraroma khas lagi.