WARTABANJAR.COM, DHAKA – Pemenang Nobel Muhammad Yunus mengatakan pada 6 Agustus 2024 bahwa dia siap memimpin pemerintahan sementara di Bangladesh setelah demonstrasi massal memaksa penguasa lama Sheikh Hasina mengundurkan diri dan meninggalkan negaranya.
“Saya merasa terhormat atas kepercayaan para pengunjuk rasa yang menginginkan saya memimpin pemerintahan sementara,” ujarnya dalam keterangan tertulis kepada AFP.
Baca juga:Gerakan Mahasiswa Bangladesh Ultimatum Pembentukan Pemerintahan Baru
“Jika tindakan diperlukan di Bangladesh, demi negara saya dan demi keberanian rakyat saya, maka saya akan mengambilnya,” katanya.
“Pemerintahan sementara hanyalah permulaan. Perdamaian abadi hanya akan terwujud melalui pemilu yang bebas. Tanpa pemilu, tidak akan ada perubahan.”
Sebelumnya pada hari yang sama, Presiden Mohammed Shahabuddin membubarkan Parlemen, membuka jalan bagi pemerintahan sementara dan pemilu baru.
Kantor kepresidenan juga mengatakan bahwa saingan Hasina, ketua Partai Nasionalis Bangladesh Begum Khaleda Zia, yang juga mantan perdana menteri, telah dibebaskan dari tahanan rumah.
Para pengunjuk rasa mahasiswa mengancam akan melakukan lebih banyak demonstrasi jika Parlemen tidak dibubarkan.
Mereka juga menginginkan Dr Yunus sebagai penasihat utama pemerintah sementara, dan juru bicaranya sebelumnya mengatakan dia menyetujuinya.
Nahid Islam, salah satu penyelenggara utama kampanye melawan Hasina, mengatakan dalam pesan video: “Pemerintahan mana pun selain yang kami rekomendasikan tidak akan diterima.”