WARTABANJAR.COM, MARTAPURA- Perubahan iklim menyebabkan pola curah hujan tidak menentu.
Hal ini juga bisa berisiko menimbulkan bencana banjir pada lahan sawah.
Kabupaten Banjar merupakan salah satu wilayah yang lahan sawahnya berisiko terkena banjir.
Hal tersebut dikatakan Kabid Penanggulangan dan Pengendalian Pertanian Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Banjar, Imelda Rosanty pada gerakan penanganan Dampak Perubahan Iklim (DPI) dengan membersihkan saluran air dari gulma di Kelompok Tani Sejahtera Desa Sungai Pinang Lama, Kecamatan Sungai Tabuk, Kamis (13/6/2024).
“Kegiatan DPI ini sangat penting untuk membersihkan saluran air dari gulma yang dapat menghambat aliran air, mengingat perubahan iklim yang semakin ekstrem dapat berdampak negatif terhadap sektor pertanian,” ujarnya.
Di kesempatan itu juga, pihaknya meninjau pertumbuhan padi apung di wilayah tersebut.
Penerapan padi apung ini sebagai upaya adaptasi terhadap risiko perubahan iklim sehingga diperlukan suatu inovasi seperti padi apung ini.
Budidaya padi apung ini merupakan teknik budidaya padi yang menggunakan rakit sebagai media yang bisa dikembangkan di lokasi lahan rawan banjir.
“Apabila padi apung dikembangkan di lokasi lahan rawan banjir, maka akan terjadi peningkatan hasil produksi dan pendapatan bagi para petani,” katanya.
Kegiatan ini diikuti oleh puluhan petani dari Kelompok Tani Sejahtera, serta petugas dari Distan Kabupaten Banjar. (MC Banjar)
Editor: Yayu