Malaysia Alami Panic Bunying Setelah India Lakukan Pembatasan Ekspor Beras

    WARTABANJAR.COM, KUALA LUMPUR – Warga Malaysia mengosongkan rak-rak beras karena aksi panik (panic-buying) menyebar di seluruh negara yang sedang bergulat dengan kenaikan harga menyusul keputusan India untuk melarang ekspor bahan makanan pokok.

    Pasokan beras internasional berkurang setelah eksportir beras terbesar di dunia melarang pengiriman beras pada bulan Juli. Hal ini menyebabkan meningkatnya biaya dan kekhawatiran akan kekurangan pasokan di Asia, yang menyumbang sekitar 90 persen konsumsi beras global.

    Dampak larangan ini sangat terasa di Malaysia, negara berpenduduk lebih dari 32 juta jiwa yang mengimpor sekitar sepertiga kebutuhan berasnya.

    Baca juga: Pemkab Tala Targetkan Pendapatan 2024 Rp1,8 Triliun, Sumber Terbesar dari Sini

    Dengan harga eceran beras putih impor yang diperkirakan meningkat lebih dari 30 persen pada bulan lalu, pengecer di Kuala Lumpur menyatakan kurangnya pasokan beras lokal. Hal ini terjadi setelah masyarakat mencari pilihan yang lebih murah dan melakukan pembelian panik (panic-buying) di berbagai wilayah di negara ini.

    “Kami tidak memiliki stok beras lokal, dan hal ini sudah berlangsung cukup lama,” Sin, pegawai pedagang grosir Usaha Jaya di Kuala Lumpur, mengatakan kepada Arab News pada hari Rabu.

    Kebanyakan konsumen sekarang harus memilih beras impor yang lebih mahal karena kekurangan gandum lokal, kata Sin, yang tokonya terutama memasok ke toko-toko kecil di ibu kota.

    “Saat ini masyarakat kebanyakan membeli beras impor karena tidak adanya pasokan beras lokal. Harga beras meningkat pesat,” katanya.

    Baca Juga :   Lonjakan Arus Mudik Nataru Diprediksi Mulai 24 Desember

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI