WARTABANJAR.COM – Polusi udara kini terjadi di banyak kota di Indonesia seiring dengan musim kemarau yang melanda.
Di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) beberapa kanupaten kota mengalami kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Kualitas udara yang buruk berdampak terhadap kesehatan di antaranya adalah gangguan saluran pernafasan, penyakit jantung, kanker berbagai organ tubuh, gangguan reproduksi dan hipertensi (tekanan darah tinggi).
Baca Juga
Lima Truk Terbakar di Jalan A Yani km 17 Gambut
Dilansir situs Kemenkes, beberapa jenis pencemaran udara yang paling sering ditemukan adalah Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NO2), Sulfur Oksida (SOx), Photochemical Oksida dan Partikel.
Prevalensi hipertensi meningkat di seluruh dunia, demikian juga di Indonesia yang merupakan negara berkembang, hipertensi masih merupakan tantangan besar dan masalah utama kesehatan yang sering ditemukan pada pelayanan Primer Kesehatan.
Hasil Riset Kesehatan (Riskesdas 2013) menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi sekitar 26,5%. Berarti sekitar 3 dari 10 orang Indonesia menderita hipertensi.
Gejala hipertensi sendiri sering tidak jelas dan tidak diketahui pasiennya, sehingga sering ditemukan dan terdiagnosa pada stadium lanjut, padahal hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya kerusakan organ ginjal, jantung dan otak bila tidak terdeteksi lebih dini dan mendapat obat yang memadai.
Keberhasilan pengendalian hipertensi akan menurunkan pula kejadian stroke, penyakit jantung dan ginjal. Hipertensi yang dikendalikan akan mengurangi beban ekonomi dan sosial bagi keluarga, masyarakat dan pemerintah.(kemenkes)