WARTABANJAR.COM – Fenomena yang terjadi di dataran tinggi Dieng dikenal sebagai frost atau embun beku diungkap Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Sutikno.
Berbeda dengan salju, embun beku merupakan fenomena munculnya butiran es di permukaan. Embun beku itu masyarakat lebih mengenal fenomena tersebut sebagai embun upas,” katanya, Selasa (18/7/2023).
Ia mengatakan, secara klimatologis tekanan udara pada periode Juni-Juli-Agustus (JJA) lebih tinggi di Benua Australia (tekanan tinggi) dibandingkan Benua Asia (tekanan rendah).
Baca Juga
Diduga Pelaku Wikwik di Petamina Tabalong Buat Kesepakatan
Angin yang berhembus dari Australia menuju Asia melewati Indonesia umumnya menandai dimulainya periode musim kemarau seiring dengan aktifnya monsun Australia.
Pada musim kemarau, tutupan awan sangat minimum, sehingga tidak heran jika pada siang hari, matahari akan terasa sangat terik diiringi dengan peningkatan suhu udara. Hal tersebut, karena tidak ada objek di langit yang menghalau sinar matahari, sehingga penyinaran matahari yang notabene merupakan gelombang pendek menjadi maksimum pada siang hari.
“Sama halnya dengan siang hari, radiasi yang dipancarkan balik oleh permukaan bumi pada malam hari juga optimum, karena langit bebas dari tutupan awan. Pancaran radiasi gelombang panjang dari bumi ini diiringi dengan penurunan suhu yang signifikan pada malam hari, dan mencapai puncaknya pada saat sebelum matahari terbit (waktu dimana suhu minimum umumnya tercapai),” jelasnya.
Perlu diingat, bahwa berbeda dengan dataran rendah, kelembaban udara cukup tinggi di wilayah pegunungan dan dataran tinggi. Kelembaban udara yang tinggi merupakan indikasi, bahwa udara di wilayah tersebut memiliki kadar air yang tinggi.