WARTABANJAR.COM – Fenomena alam paling menyeramkan sekaligus memukau muncul di jantung Antartika. Dari Gletser Taylor, mengalir cairan merah pekat menyerupai darah, yang kemudian dikenal sebagai Air Terjun Darah (Blood Falls). Pemandangan ini telah membingungkan para ilmuwan selama lebih dari seratus tahun.
Awalnya, banyak yang mengira warna merah itu berasal dari darah atau alga. Namun, penelitian terbaru mengungkap fakta mengejutkan: cairan tersebut adalah air asin super tua yang terperangkap di bawah es jutaan tahun lalu. Air ini kaya zat besi dan memiliki konsentrasi garam sangat tinggi, sehingga tetap cair meski berada di tengah suhu beku ekstrem Antartika.
Ketika air purba itu keluar dari gletser dan bersentuhan dengan udara, zat besi di dalamnya langsung teroksidasi. Proses inilah yang membuatnya berubah warna menjadi merah gelap, menciptakan ilusi seolah-olah gletser tersebut sedang mengucurkan darah.
BACA JUGA:SADIS! Pria di Pagar Alam Jagal Ratusan Kucing Lalu Dagingnya Dijual ke Warga Selama 4 Bulan

Yang lebih mencengangkan, para peneliti menemukan bahwa air misterius ini mengandung mikroba yang mampu bertahan hidup tanpa cahaya dan oksigen. Temuan ini menjadi bukti nyata bahwa kehidupan bisa eksis di kondisi paling ekstrem sekalipun.
Fakta ini membuka peluang besar bagi sains: jika mikroba bisa bertahan di Antartika, maka kemungkinan kehidupan di planet es lain seperti Europa (bulan Jupiter) dan Enceladus (bulan Saturnus) bukanlah hal mustahil.