WARTABANJAR. COM, JAKARTA – Bagi sebagian atlet, kembali ke turnamen setelah cedera adalah soal waktu. Tapi bagi Anthony Sinisuka Ginting dan Gregoria Mariska Tunjung, comeback mereka di Japan Open 2025 adalah tentang keberanian, keteguhan mental, dan semangat untuk bangkit di tengah sorotan.
Ginting harus menepi selama enam bulan karena cedera bahu yang tak kunjung pulih. Tak hanya fisik yang diuji, tapi juga mental dan ketenangan hati. Kini, ia kembali bukan sebagai favorit juara, tapi sebagai simbol tekad yang tak mudah padam.
“Seminggu terakhir ini mulai terasa nervous-nya. Malam sebelum simulasi saja sudah seperti mau tanding sungguhan,” ujar Ginting, menjelang duel berat melawan pemain Jepang, Kodai Naraoka, di babak pertama.
Simulasi internal jadi caranya memanaskan mesin. Bukan untuk mengejar gelar instan, tapi menemukan kembali “feel” pertandingan yang sempat hilang.
Gregoria: Melawan Vertigo, Melawan Diri Sendiri
Berbeda dari Ginting, Gregoria Mariska menghadapi musuh yang tak tampak vertigo. Bukan cedera biasa, tapi gangguan yang membuat tubuhnya bereaksi sensitif bahkan terhadap cahaya lampu dan layar ponsel.
Tiga bulan bukan sekadar absen. Tiga bulan itu adalah perjuangan diam-diam untuk kembali berdiri tegak di lapangan yang dicintainya.
“Saya sadar harus menyesuaikan dulu. Tiga bulan tidak bertanding pasti berpengaruh,” katanya dengan nada realistis tapi penuh semangat.
Kini, ia kembali dengan pelan, tapi pasti. Tidak membawa beban, hanya ingin menikmati permainan dan perlahan menemukan kembali versi terbaiknya.