WARTABANJAR.COM – Sebuah video pendek yang diunggah akun Instagram @feedgramindo memperlihatkan aksi seorang polisi lalu lintas di Medan kembali bikin geger. Dalam video itu, tampak seorang wanita pengendara motor dihentikan oleh pria berseragam polisi dan mengenakan jaket putih. Sang polisi mengulurkan tangan, dan tanpa banyak bicara, si pengendara membuka dompet, lalu menyerahkan selembar uang Rp100 ribu.
Peristiwanya disebut terjadi di Jalan Palang Merah, Medan, Sumatera Utara. Motor polisi terekam berpelat BK 6223 AEH, sementara motor si pengendara bernomor BK 4388 AIK.
Narasi dalam unggahan menyebut, “Anggota polisi di Medan diduga palak wanita pengendara motor Rp100 ribu.” Dan publik pun langsung ramai berkomentar, bukan karena kaget, tapi karena, sudah terlalu akrab dengan cerita semacam ini.
Kasat Lantas Polrestabes Medan, AKBP I Made Parwita, sudah buka suara. Ia membenarkan ada pemeriksaan terhadap oknum petugas. “Dugaan awal pungli. Tapi ini masih didalami,” ujarnya.
Masih didalami. Kalimat yang sering kita dengar, tapi jarang tahu akhirnya bagaimana. Seringkali, “diproses internal” hanya berakhir pada teguran lisan atau mutasi diam-diam. Apakah kali ini akan beda? Atau rakyat hanya diminta bersabar dan kembali tutup mata?
Publik tidak menuntut malaikat berseragam. Tapi berharap, paling tidak, jalanan tidak jadi tempat transaksi abu-abu. Rp100 ribu mungkin kecil bagi sebagian orang. Tapi bagi pengendara yang hanya ingin sampai rumah dengan aman, itu bisa jadi uang belanja hari itu, atau biaya sekolah anak.
Masalahnya bukan cuma soal uang. Ini soal kepercayaan. Sekali rusak, akan sulit dipulihkan.
Jika benar ada pungli, maka yang dibutuhkan bukan hanya sanksi, tapi kejelasan. Karena yang membuat rakyat marah bukan hanya ulah oknum—tapi diamnya sistem yang membiarkan hal seperti ini terus terjadi.(vri/berbagai sumber)