WARTABANJAR.COM, BANJARMASIN- Microsoft baru-baru ini telah mengakui dalam sebuah pernyataannya bahwa perangkatnya digunakan oleh pasukan Israel selama kampanye genosida di Gaza, Palestina.
Namun di sisi lain, Microsoft juga mengakui bahwa layanannya adalah “alat untuk tujuan umum,” tidak dimaksudkan untuk membahayakan dan menegaskan bahwa mereka telah lama membantu keamanan siber Israel.
Raksasa teknologi ini sedang disorot karena perannya dalam perang Israel di Gaza, menyusul laporan bahwa teknologi cloud dan AI-nya telah mendukung operasional pasukan Israel.
Melansir berbagai sumber, Minggu (18/5/2025), Microsoft mengatakan bahwa mereka tidak mendukung penggunaan teknologinya untuk pengawasan atau persenjataan dan menegaskan kembali komitmennya terhadap hak asasi manusia dan standar etika.
Investigasi dan dokumen yang bocor mengungkapkan bahwa platform cloud Azure milik Microsoft dan GPT-4 milik OpenAI telah digunakan oleh pasukan Israel, termasuk unit intelijen elit seperti Unit 8200.
Antara Juni 2023 dan April 2024, penggunaan layanan cloud Microsoft oleh tentara Israel dilaporkan melonjak lebih dari 155%, mencapai puncaknya menjelang serangan Rafah pada Mei 2024.
Alat-alat ini memungkinkan segala sesuatu mulai dari logistik hingga analisis data medan perang secara real-time.
Pengungkapan tersebut telah memicu perbedaan pendapat internal.
Beberapa karyawan Microsoft meluncurkan kampanye “No Azure for Apartheid” dan melakukan protes.