WARTABANJAR.COM, JAKARTA – Mata uang RI, rupiah, terus mengalami tekanan dan semakin menjauh dari angka psikologi 15.000.
Pada perdagangan Selasa (25/3/2025) rupiah bahkan sudah menyentuh angka 16.600 per dolar AS.
Perlemabahan terhadfap nilai tukar rupiah ini, membuat Bank Indonesia (BI) harus turun tangan agar nilai tukar rupiah tidak terus terpuruk.
Langkah itu juga, dilakukan menyusul meningkatnya kekhawatiran terhadap kondisi politik Indonesia.
Baca juga:Reaksi Mengejutkan STY Saat Saksikan Timnas Indonesia Jebol Gawang Bahrain, Dapat Pujian Warganet
Di sisi lain, pasar juga khawatir dengan performa anggaran belanja negara dan larinya modal yang mendorong rupiah ke level terendah sejak krisis keuangan di Asia.
Pada Selasa (25/3/2025) rupiah melemah 0,54 persen ke angka Rp16.640 per dolar AS.
Turunnya rupiah, didorong ketidakpastian pasar dunia dan kekhawatiran terhadap kesehatan fiskal juga prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia.
BI berusaha melakukan intervensi di pasar mata uang, pasar obligasi, dan di pasar domestik (non-deliverable forwards) karena rupiah bergerak menuju titik terendah dalam 2 tahun terakhir.
Baca juga:Ngeri! Lubang Besar Mendadak Muncul di Jalanan Telan Satu Pengendara, Ditemukan Tewas Setelah 18 Jam
Data dari LSEG menunjukan rupiah mengalami titik terendah pada 1998 saat menyentuh angka Rp16.800 per dolar AS selama krisis keuangan di Asia.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios), Nailul Huda, mengatakan krisis ekonomi bisa menyebabkan nilai tukar terhadap dolar Amerika Serikat melemah, namun tidak sampai menembus Rp20.000 per dolar AS.