Ash-Shan’ani menjelaskan, bahwa para sahabat yang dimaksud di dalam hadits tersebut adalah orang-orang yang membaca Al-Qur’an, merenungkan makna yang terkandung dan mempraktekkan apa yang mereka pahami darinya.
Selain itu, dianjurkan pula untuk membaca surat-surat tertentu untuk menambah keistimewaannya. Misalnya,
membaca surat Al-Mulk sebelum tidur atau membaca surat Al-Kahfi di setiap malam Jumat. (Ash-Shan’ani, At-Tanwir Syarh al-Jami’ ash-shaghir, [Riyadh: Maktabah Darussalam, 2011] vol. 2, hal. 606)
Kemudian, Allah swt telah menyiapkan kedudukan istimewa bagi orang-orang yang menyibukkan diri dalam membaca Al-Qur’an.
Derajat mereka disetarakan sebagaimana para hamba yang senantiasa memohon pertolongan kepada Allah di kala susah.
Karena dengan berhubungan dekat bersama Al-Qur’an, dapat menjadikan manusia seakan-akan selalu bermunajat kepada tuhannya.
Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Allah swt melalui Hadits Qudsi-Nya, lewat lisan Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, bersumber dari Abu Sa’id: “Rasulullah Saw bersabda, Allah Swt berfirman: “Siapa saja yang dirinya disibukkan oleh Al-Qur’an dari mengingat dan berdoa kepadaku, maka aku akan memberi kepadanya hal yang lebih baik dari apa yang telah diberikan kepada orang-orang yang memohon. Keutamaan firman Allah dengan perkataan-perkataan yang lain itu bagaikan keutamaan Allah dengan makhluknya.” (HR. Tirmidzi)
Mazharuddin az-Zaidani menyebutkan, bahwa maksud dari “Siapa saja yang dirinya disibukkan oleh Al-Qur’an dari mengingat dan berdoa kepadaku, maka aku akan memberikan kepadanya hal yang lebih baik” dalam hadits di atas adalah orang-orang yang senantiasa membaca Al-Qur’an sehingga tidak ada waktu luang untuk mengingat Allah secara khusus.