Ramadan: Latihan Kecerdasan Emosional dan Kepedulian Sosial

    WARTABANJAR.COM – Psikolog asal Amerika, Daniel Goleman (1946), menyatakan bahwa kecerdasan emosional (Emotional Quotient/EQ) menyumbang 80% keberhasilan seseorang, sementara kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) hanya berkontribusi 20%. Namun, sistem pendidikan formal dari PAUD hingga perguruan tinggi masih lebih menitikberatkan pada pengasahan IQ dibandingkan EQ.

    Sistem ranking sekolah umumnya didasarkan pada kemampuan akademik, seperti menghafal teori, menganalisis data, dan kemampuan berpikir empirik. “Orang yang hafal ribuan hadis, teori fisika, dan rumus matematika sering dianggap cerdas. Demikian pula mereka yang pandai berbicara di depan publik atau menjadi juara dalam berbagai kompetisi akademik,” kata Kepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (PUSPENMA) Sekretariat Jenderal, Kementerian Agama RI, Ruchman Basori, seperti dikutip di kemenag.go.id.

    Sebaliknya, anak-anak dengan keterampilan sosial yang baik, pandai bergaul, serta memiliki empati dan kepedulian terhadap sesama sering kali tidak dianggap sebagai orang cerdas karena capaian akademiknya biasa saja. Padahal, menurut perspektif EQ, individu dengan karakteristik tersebut memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

    Apa Itu Kecerdasan Emosional?

    Kecerdasan emosional, menurut Daniel Goleman (2017), adalah kemampuan seseorang dalam mengelola emosi, memahami diri sendiri, mengendalikan diri, serta menjalin hubungan sosial yang baik. EQ terdiri dari lima aspek utama:

    Kesadaran Diri (Self-Awareness)
    Mengenali dan memahami emosi yang sedang dirasakan serta bagaimana emosi tersebut memengaruhi pikiran dan tindakan.

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI