WARTABANJAR.COM, PARINGIN- Tiap bulan puasa Ramadhan, biasanya ada tradisi membangunkan orang untuk sahur atau di Kalsel disebut bagarakan sahur, namun kini hal itu sudah mulai menghilang.
Mengingat sepuluh tahun silam, tradisi bagarakan sahur sudah sangat jauh berbeda.
Dulu bagarakan sahur hanya menggunakan alat seadanya seperti botol kaca, panci, besi bahkan juga ada yang menggunakan bambu.
Alat-alat itu disusun dan dipukul sehingga mengeluarkan bunyi yang bervariasi, sehingga menjadi sebuah irama.
Bahkan seringkali, sebelum bagarakan sahur, di siang harinya, mereka menggelar latihan agar iramanya serentak sesuai dengan yang diinginkan.
Kenangan yang sangat indah, jarang sekali ditemui saat ini, bahkan di Kabupaten Balangan pun hampir tidak ada lagi.
BACA JUGA: Disdik Kota Banjarmasin Umumkan Libur Diperpanjang, Masuk Sekolah 9 April
Sangat jauh berbeda dengan yang ada saat ini, bagarakan sahur hanya menggunakan pengeras suara yang diarak menggunakan mobil maupun motor, bahkan disetel dengan lagu-lagu yang tak sedikitpun menggambarkan nuansa Ramadhan.
Bahkan tidak sedikit orang yang terganggu dengan cara bagarakan sahur saat ini, karena menurut mereka suaranya terlalu keras.
“Saya hampir tidak pernah lagi mendengar anak-anak zaman sekarang bagarakan sahur menggunakan alat-alat seperti zaman dahulu, saat ini mereka hanya menggunakan pengeras suara yang di arak ke seluruh kampung,” ujar seorang warga Balangan, Irul. (Alfi)
Editor: Yayu