WARTABANJAR.COM, JAKARTA – Warga dibuat geger setelah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tiba-tiba melonjak ke Rp 8.170,65 dalam pencarian Google pada Sabtu (1/2/2025) sore. Namun, pengamat pasar modal menyebut hal itu hanyalah kesalahan teknis alias Google eror.
Founder WH Project, William Hartanto, menjelaskan bahwa data nilai tukar rupiah yang muncul di Google tidak mencerminkan kondisi riil pasar. Menurutnya, beberapa data saham Amerika Serikat (AS) juga mengalami kejanggalan.
“Itu kemungkinan besar eror. Kabarnya, saham-saham AS di Google juga pada turun,” ujar William kepada Beritasatu.com di Jakarta, Sabtu (1/2/2025) seperti dikutip di Beritasatu.com.
Mengacu pada data dari Investing.com, nilai tukar rupiah yang sebenarnya terhadap dolar AS justru berada di kisaran Rp 16.295 per Jumat (31/1/2025).
William menegaskan bahwa rupiah masih sulit menguat dalam waktu dekat. Faktor utama yang membayangi pasar adalah ketidakpastian global, termasuk pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mengancam negara-negara BRICS.
Sebagai informasi, pada Senin (6/1/2025), Brasil mengumumkan bahwa Indonesia resmi bergabung dengan BRICS, kelompok negara berkembang yang awalnya dibentuk oleh Brasil, Rusia, India, dan Tiongkok pada 2006, sebelum diperluas dengan kehadiran Afrika Selatan pada 2010.
Dengan masuknya Indonesia, BRICS kini mencakup sekitar 3,5 miliar penduduk atau 45% populasi dunia, serta memiliki ekonomi gabungan mencapai 28% dari total ekonomi global.
“Saat ini rupiah masih sulit untuk benar-benar menguat karena ketidakpastian akibat ancaman Trump terhadap BRICS. Ini membuat minat terhadap dolar AS kembali meningkat,” pungkas William.(Wartabanjar.com/Beritasatu.com)