Di antaranya menyebut nama orang tua dari anak, atau memanggil dengan panggilan yang tidak sepatutnya, serta melakukan pengucilan pada teman sekelas.
Hal ini lanjutnya, merupakan berbagai jenis perudungan dan seringkali dianggap sesuatu yang lumrah di lingkungan pelajar.
“Selain aspek regulasi dan juga keterlibatan seluruh stakeholder, yang tidak kalah penting adalah disipilin positif. Disiplin positif ini penting untuk dijadikan sebuah tradisi termasuk dimasukkan dalam sebuah kurikulum, tidak ada salahnya ketika kita mewajibkan semua sekolah membahas terkait bullying sebagai salah satu instrumen wajib dalam proses kurikulum pendidik. Sehingga awareness terhadap bullying bisa meningkat,” tandasnya.
Oleh karena itu, Gamal berpesan kualitas guru ke depan menjadi dasar dalam membangun kualitas pendidikan kedepannya.
Baca juga:Alasan Warga Jakarta Enggan Pakai Aplikasi PeduliLindungi: HP Lemot Hingga untuk Belajar Daring
“Maka penting bagi kita untuk memilih orang-orang terbaik menjadi seorang guru dan pentingnya menjadikan guru memiliki kesadaran, meningkatkan kesejahteraannya dan memberikan sebuah orientasi bersama, dalam mengatasi perundungan pada level guru menjadi sebuah solusi ke depan,” tutupnya.(pwk)
Editor: purwoko