Sejarah Hari Pahlawan: Patriotisme Rakyat, Arek Suroboyo, Bung Tomo dan Para Kiai

    Sebanyak 20.000 rakyat Surabaya menjadi korban dan 1.600 tentara Inggris tewas, hilang dan luka-luka.

    Salah satu tokoh yang berperan besar untuk mengobarkan semangat perlawanan rakyat Surabaya dalam pertempuran ini yaitu Bung Tomo, yang menginspirasi melalui penyiaran Radio Pemberontakan milik Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI).

    Terdapat pula tokoh-tokoh berpengaruh lain dalam menggerakkan rakyat Surabaya pada masa itu, beberapa datang dari latar belakang agama seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, serta kyai-kyai pesantren lainnya juga mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan.

    Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban pada masa itu membuat Kota Surabaya kemudian dikenang sebagai Kota Pahlawan.

    Sebagai bentuk penghargaan atas jasa dan pengorbanan para pahlawan dan pejuang untuk mengusir Inggris, maka pada tahun 1959, pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.

    Hal tersebut tertuang pada Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur dan ditandatangani oleh Presiden Soekarno.

    Diperingatinya Hari Pahlawan setiap tanggal 10 November bukan tanpa alasan. Peringatan tersebut bertujuan untuk mengenang jasa para pahlawan di pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945 silam.

    Selain itu, peringatan ini juga bertujuan untuk mengenang dan menghormati perjuangan para pahlawan di masa lalu.

    Semangat juang tersebut membuat mereka mampu berperang mengusir para penjajah.

    Baca Juga :   Kementerian Sekretariat Negara Buka Program Magang untuk Siswa SMK dan Mahasiswa

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI