“Nikel sudah, tembaga sudah, bauksit sudah, nanti kita masuk ke timah dan lain-lain,” ucap Presiden.
Selain itu, Presiden juga menekankan hilirisasi di sektor padat karya seperti pertanian, kelautan, dan pangan untuk memberikan dampak langsung kepada rakyat. Pengolahan komoditas seperti kopi, kakao, lada, dan nilam penting untuk dilakukan sebelum diekspor sebagai bahan mentah.
Baca juga: PLN Amankan Pasokan Listrik Kalbar Saat Kunjungan Kerja Presiden, Wujud Nyata Pelayanan Pelanggan
Luas perkebunan kopi 1,2 juta hektare, kakao 1,4 juta hektare, serta lada 172 ribu hektare dan nilam 12 ribu hektare di berbagai wilayah, potensi ini harus dioptimalkan melalui industrialisasi.
“Memang harus dipaksakan, jangan dibiarkan alami, tetapi dipaksa, berhenti (ekspor) ya harus berhenti dengan segala resiko-nya,” tegas Jokowi.
Demikian juga rumput laut sebagai salah satu potensi terbesar Indonesia yang memiliki beragam manfaat seperti pupuk organik, kosmetik, hingga bioavtur. Dengan panjang garis pantai lebih dari 80 ribu kilometer, Presiden melihat rumput laut sebagai sumber daya yang dapat memberdayakan masyarakat pesisir.
Baca juga: Pohon Tumbang di Desa Mudalang Tanah Bumbu Teratasi, Jalan Provinsi Lancar
“Kalau kita bisa masuk ke sini (industri rumput laut) dengan rencana dan strategi yang baik, ini akan memberikan dampak kepada rakyat sangat besar dan menaikkan nilai tambah kita,” kata Presiden.
Presiden mengingatkan, Indonesia harus berani menempuh jalan sendiri dalam memanfaatkan sumber daya nasional. Dirinya tidak ingin Indonesia mengikuti tren dunia yang akan membawa masuk ke dalam kompetisi yang sulit.