“Kita menyadari tidak ada lompatan besar tanpa kehadiran inovasi, tanpa kehadiran teknologi. Oleh karena itu tantangan-tantangan irigasi tidak mungkin kita hadapi dengan cara-cara konvensional,” kata Sekjen Zainal Fatah.
Menurut Zainal Fatah, tantangan besar masih dihadapi dalam pengelolaan sumber daya air di Indonesia, khususnya irigasi pertanian yang disebabkan oleh meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan ekonomi kawasan yang berdampak pada berkurangnya lahan sawah karena beralih fungsi.
“Bencana alam ekstrem seperti banjir dan kekeringan juga menjadi faktor penyebab menurunnya produksi pangan,” kata Sekjen Zainal Fatah.
Zainal Fatah mengatakan, berdasarkan pemutakhiran terhadap data daerah irigasi (DI) permukaan di Indonesia dari 7,1 juta hektare pada 2015 menjadi 8,6 juta hektare di akhir tahun 2023. Demi mendukung ketahanan pangan nasional, Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai langkah di antaranya dalam 10 tahun terakhir secara masif telah melakukan pembangunan irigasi baru seluas 1,2 juta Ha dan rehabilitasi jaringan irigasi seluas 4,3 juta Ha.
“Capaian ini meningkatkan nilai Indeks Kinerja Sistem Irigasi (IKSI) dari daerah irigasi yang menjadi kewenangan pusat semula 60% pada tahun 2015 menjadi 80% pada akhir tahun 2023,” kata Sekjen Zainal Fatah.
Acara Kongres KNI-ID turut dihadiri, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Bob Arthur Lombogia, Rektor Universitas Muhammadiyah Cirebon Arif Nurudin, dandan para Pejabat Tinggi Pratama di lingkungan Ditjen Sumber Daya Air. (Sidik Purwoko)