Batu bara itu digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN-nya India.
Dalam transaksinya, melibatkan Supreme Union Investors yang berbasis di British Virgin Islands, sebagai perantara. Sehingga proses ini benar-benar murni bisnis.
Serangan OCCRP terhadap Adani group ini, diduga kuat ada kaitannya dengan miliader Yahudi berkebangsaan Amerika Serikat, George Soros.
Soros memang berseberangan dengan rezim di India saat ini yang dipimpin PM Narendra Modi.
Di sisi yang lain, konglomerat Gautam Adani, pemilik Adani Group sangat dekat dengan PM Modi.
Tak heran jika informasi dari OCCRP jadi topik utama di media-media India sejak 22 Mei 2024. Mereka mengutip dari media Inggris, Financial Times.
Juru bicara Adani pernah menyampaikan, batu bara miliknya sudah dites baik secara independen maupun oleh bea cukai India.
Dikatakan pula, sorotan ini hanya daur ulang tuduhan dari 2015-2016 lalu. Dampaknya, harga saham Adani anjlok sampai 50 persen.
Soros lewat Open Society Foundations telah menggelontorkan dana 18 miliar dolar AS untuk kegiatan-kegiatan seperti ini, tak hanya di India, tapi di seluruh dunia.
Secara terbuka, Soros menyebut PM Modi harus bertanggung jawab atas kesalahan finansial ini. Kasus Adani dipandang akan melemahkan kekuasaan Modi dan bakal membangkitkan demokrasi di negara itu.
Atas pernyataan Soros, pemerintah India meradang dan tak tinggal diam. Dalam sebuah konferensi di Sydney, Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar membantah tuduhan Soros.
Dia menyebut, komentar miliarder Hungaria-AS itu adalah khas “pandangan Eropa-Atlantik”. (tim)