Setelah tabungannya dirasa mencukupi, Mbah Bardan mendaftar haji sejak 2013 lalu. Semula, pasutri itu begitu gembira cita-citanya tinggal menunggu jadwal keberangkatan saja.
Namun, takdir Allah berkata lain. Harapannya pergi haji berdua dengan sang istri batal terwujud. Sebab sang istri justru lebih dulu menghadap Ilahi.
“Belum sampai waktu berhaji tiba, istri saya malah meninggalkan saya selama-lamanya,” matanya berkaca-kaca menahan air mata.
Baca juga: Jelang Pilkada Serentak, Bawaslu RI Gelar Konsolidasi Media Ajak Awasi Prosesnya
Meski harus berjalan dengan kursi roda, Mbah Bardan optimis kondisinya baik-baik saja.
“Saya bisa jalan sendiri,” katanya.
Lelaki 92 tahun itu lalu melanjutkan ceritanya, mengungkap rasa cinta yang tak terkira pada sang belahan jiwa.
“Ya sayang buanget, saya sudah siapkan tempat peristirahatan terakhir nanti bersebelahan sama saya,” kata lelaki kelahiran Jogjakarta tersebut.
Bila pepatah bilang, cinta ada karena biasa. Begitu pula Mbah Bardan dengan kisahnya.
Baca juga: Musrenbang RPJPD Balangan, Bupati Tekankan Penyusunan Sesuai Tuntutan Pembangunan
“Awal mula saya kenal istri saya, karena dulu suka ngaji bersama. Eh, lha kok jadi saling cinta. Gapapa, saya sudah sampai sini, saya doakan istri masuk surga. Saya dan dia (kelak) bisa bersama di surga.” katanya.
Kasih Bardan kepada istri menjadi teladan cinta sejati. Meski tak bisa bersama ke tanah suci, cinta sejati akan tetap menemukan jalannya. Jika saat ini berpisah di dunia, cinta sejati akan mempertemukannya dengan istri di surga-Nya. Amin. (Sidik Purwoko)