Senada, pengamat pasar uang Ariston Tjendra menganggap ada dua poin yang bisa diambil dari pernyataan Gubernur The Fed Jerome Poweel dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Rabu (1/5) dini hari.
Pertama, The Fed, tidak mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuan AS tahun 2024. Kedua, The Fed Menunda pemangkasan karena belum yakin inflasi AS akan turun ke 2 persen saat ini.
Di satu sisi, ujar dia, pernyataan soal tidak adanya kenaikan memberikan kelegaan ke pasar dan bisa memberikan sentimen positif ke aset berisiko.
Baca juga: Ingin Dicintai Allah? Kerjakan 3 Amalan Sesuai Surah Ali Imran Ayat 134 ini
Di sisi lain, indikasi penundaan pemangkasan suku bunga memberikan kekhawatiran di pasar bahwa The Fed bisa tak mengeluarkan keputusan tersebut pada tahun ini.
Meninjau faktor dari dalam negeri, data inflasi bulan April dinilai mungkin bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen.
Seperti diketahui, laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan angka inflasi tahunan mencapai 3 persen (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender tercatat sebesar 1,19 persen (year-to-date/ytd).
Berdasarkan perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK), angka inflasi sebesar 0,25 persen pada April 2024 dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Adapun IHK mengalami peningkatan dari 106,13 pada Maret 2024 menjadi 106,4 pada April 2024. (Sidik Purwoko)
Baca juga: Presiden Jokowi Resmikan 5 Ruas Inpres Jalan Daerah
Editor: Sidik Purwoko