WARTABANJAR.COM – Ketupat sudah jadi bagian dari kuliner wajib di hari raya Idul Fitri.
Ketupat terbuat dari beras yang dimasukkan dalam anyaman dari daun janur kuning.
Lebih dari sekadar kuliner Idul Fitri, ada makna dan arti dari bentuk bahkan nama ketupat.
Diperkenalkan Sunan Kalijaga
Tradisi menikmati ketupat dipercaya sudah muncul sejak abad ke 14.
Orang yang pertama kali memperkenalkannya adalah Sunan Kalijaga, salah satu Walisongo.
Sunan Kalijaga menggunakan ketupat untuk sarana menyiarkan agama Islam.
Sebelumnya di masa pemerintahan Raden Patah, ketupat jadi simbol perayaan hari raya Islam di Kerajaan Demak.
Bagi beberapa kota di Jawa, ketupat tidak hanya hadir saat Idul Fitri tetapi juga pada perayaan Kupatan atau Syawalan.
Perayaan ini dilaksanakan seminggu setelah Idul Fitri.
Ngaku Lepas
Ketupat atau kupat diambil dari bahasa Jawa. Artinya mengaku lepat atau mengaku salah.
Di hari raya Idul Fitri semua orang mengakui kesalahan dan saling bermaaf-maafan.
Penggunaan janur kuning untuk membungkus ketupat pun ada maknanya.
Menurut masyarakat Jawa, janur adalah singkatan dari kata sejatine nur. Artinya, cahaya sejati.
Dengan kata lain, janur merupakan simbol manusia pada kondisi bersih, suci, dan kembali pada fitrahnya.
Masyarakat Jawa juga percaya janur adalah sarana untuk menolak bala.
Lantas kenapa bentuk ketupat segi empat? Ini pun ada filosofinya.
Segi empat melambangkan prinsip kiblat papat lima pancer.
Artinya, ke mana pun manusia berjalan, pasti selalu kembali pada Allah SWT.
Sedangkan jalinan janur yang rumit itu perlambang segala macam kesalahan yang dilakukan manusia.