Kultum Ramadhan, Puasa Mendidik Kesahajaan dan Kesehatan Pola Makan

    Saluran pencernaan yang telah relaksasi perlu disuplai nutrisi secara bertahap setelah berbuka puasa.

    Meskipun nafsu makan bangkit kembali, umat aktivitas makan umat Islam dibatasi dengan rangkaian ibadah sunnah lainnya.

    Masalah makanan memang mendapatkan perhatian besar dalam agama Islam. Saking pentingnya, Al-Quran memuat perintah untuk memerhatikan makanan di dalam surat ‘Abasa ayat 24 artinya, “Maka, hendaklah manusia itu memerhatikan makanannya.” Dalam Tafsir Al-Ibriz dijelaskan bahwa maksud dari ayat di atas terkait dengan proses sampainya makanan sebagai rezeki dari Allah kepada manusia hingga makanan itu dikelola oleh manusia. (Mustofa, Tafsir Al-Ibriz, [Wonosobo Lembaga Kajian Strategis Indonesia: 2013], halaman 593).

    Selayaknya manusia itu memerhatikan perihal makanannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan itu mulai dari cara Allah mengatur asal muasal makanan itu sehingga sampai di tangan manusia.
    Namun, tidak kalah pentingnya memerhatikan pola makan, pengolahan makanan itu oleh manusia, hingga cara mengonsumsinya.

    Setelah dikonsumsi, makanan ada yang berubah menjadi energi atau tenaga. Tenaga inilah yang bermanfaat untuk menunjang aktivitas ibadah.

    Namun, ada pula sisa makanan yang harus dibuang agar tubuh tetap sehat.

    Ada hadits dalam Musnad Imam Ahmad yang relevan dengan makna “memerhatikan” pada ayat ke-24 Surat Abasa. Riwayat itu bersumber dari Ad-Dahhak bin Sufyan Al-Kilabi. “Suatu ketika Rasulullah bertanya: “Hai Dahhak, apa makananmu?’ Jawab Dahhak, “Daging dan susu ya Rasulullah.” Tanya Rasulullah selanjutnya, “Kemudian makanan itu menjadi apa?” Dahhak menjawab, “Sampai menjadi sesuatu yang Anda mengetahuinya.”

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI