WARTABANJAR.COM – Sepuluh hari kedua Ramadhan adalah fase maghfiroh atau ampunan. Nabi Muhammad SAW menyampaikan, di 10 hari kedua Ramadhan supaya kita mengejar ampunan dari Allah SWT.
Maghfiroh itu diberikan khusus di waktu tersebut demi keselamatan orang yang berpuasa dari dosa-dosa yang telah dilakukannya sebagai bentuk kasih sayang Allah SWT.
Maka, sungguh merugi kepada mereka yang hingga memasuki sisa waktu terakhir di 10 hari kedua Ramadhan tidak memiliki keinginan kuat menyambut tawaran ampunan Allah.
Di dalam Surah Ali `Imran: 133 dijelaskan, “dan bersegeralah kamu menuju ampunan (maghfiroh) Tuhanmu.”
“Di bulan Ramadhan itu melatih diri itu siang dan malam. Kalau cuma menahan makan, menahan haus itu waktu siang saja. Tapi soal menahan sabar, juga ikhlas, mengontrol diri, menahan emosi sampai malam pun harus begitu,” papar Kiai Taufik dikutip NU Online.
Sebab tujuan dari puasa itu agar menjadi orang yang bertakwa. Ciri dari takwa di dalam Al-Qur’an adalah orang yang mampu mengontrol emosi, dan itu dilatih di momentum Ramadhan, baik siang maupun malam.
“Kalau ada orang di siang mampu mengontrol emosi kemudian malam malah melampiaskan itu namanya dia seperti yang disebutkan dalam hadits Nabi, banyak orang yang berpuasa hanya membuat dirinya mendapatkan rasa lapar dan dahaga saja,” tegasnya.
“Tidak membentuk dirinya menjadi yang sabar, orang yang mampu mengontrol diri, orang yang ramah dan orang yang mencintai. (Orang) yang begitu sangat disayangkan,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Kiai Taufik juga membahas mengenai orang yang selalu rajin beribadah akan tetapi berlaku kasar kepada sesama, seperti melontarkan ujaran kebencian dan provokasi.