“Kebersihan ini juga harus setiap hari, tidak hanya pada saat menyambut bulan Ramadan. Momennya memang sangat pas diadakan menjelang Ramadan, jadi mengingatkan kita akan kebersihan bukan hanya jasmani, tapi juga rohani,” ujar Ahmad Tarhib.
Salah satu langkah utama dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang penting untuk diimplementasikan di pesantren adalah gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di lima momen penting, yakni saat sebelum makan, setelah dari toilet, setelah bermain, setelah batuk atau bersin, dan setelah bepergian.
Jika dibiasakan, CTPS di lima momen penting akan mampu melindungi para santri dari berbagai penyebaran penyakit.
Bahkan menurut teori Swiss Cheese Model for Infectious Disease, kebiasaan ini menjadi langkah pertama untuk melindungi diri dari ancaman penyakit infeksi, setelah vaksin.
Sementara, menilik pada data Riskesdas 2018, di Kota Banjarbaru, untuk usia di atas 10 tahun yang mempunyai kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) mencapai 52,38%.
Meskipun angka tersebut terbilang cukup tinggi, namun kebiasaan CTPS ini penting untuk disebarluaskan ke seluruh masyarakat Banjarbaru dan sekitarnya.
Disamping itu, Head of Skin Cleansing Unilever Indonesia, Erfan Hidayat menjelaskan, peran Lifebuoy untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan di area pesantren, salah satunya adalah dengan mencetak Duta Santri sebagai peer educator dari program peer-to-peer learning.
“Sejak tahun 2019 program Pesantren Sehat Lifebuoy telah menjangkau lebih dari 2.000 pesantren dan memberikan manfaat bagi lebih dari 900.000 santri dan santri putri di Indonesia,” jelas Erfan.