WARTABANJAR.COM, TEL AVIV- Konflik berkepanjangan Israel dan Palestina tak hanya menyebabkan korban jiwa dan kehancuran infrastruktur di kedua belah pihak namun juga gangguan kejiwaan, khususnya di kalangan tentara Zionis Israel.
Sejak beberapa tahun ini, Pemerintah Israel menghadapi masalah pelik yaitu meningkatnya angka bunuh diri di kalangan tentara mereka yang mengalami stres, depresi hingga trauma parah akibat tekanan perang.
Seorang tentara Israel, Ido Gal Razon pada 2015 silam mengeluh trauma setelah membunuh lebih dari 40 orang Palestina saat bertugas di Jalur Gaza.
Hal itu dissampaikannya di Parlemen Israel, Knesset pada 2015 lalu.
Dia mengaku tak nyesal telah membunuh banyak orang Palestina, namun mengeluh setelahnya karena kurang mendapat perhatian dari pemerintah seperti perawatan medis atas dampak psikologis yang dideritanya.
Tak hanya itu, dia mengaku kerap diteror di mimpi oleh arwah-arwah orang Palestina yang sudah dibunuhnya.
“Saya ngompol di malam hari. Arwah-arwah itu datang di mimpi saya lalu berkata ‘Mengapa kau membunuh kami?”
Ia mengatakan terluka saat menjadi anggota Brigade Golani, Batalyon 51 Angkatan Darat Israel di Operation Clear as Wine saat menyerang warga Palestina di Jalur Gaza pada 20 Desember 2007 silam.
Menurut Palestinian Center for Human Rights (PHCR), kala itu pasukan Israel menyerang secara besar-besaran warga Gaza di Desa Al Musaddar dan kamp pengungsian Maghazi hingga menewaskan banyak orang.
Kemungkinan besar, Razon trauma parah karena kejadian tersebut.