Pengamat : Menakar Plus Minus Duet Anies-Cak Imin

    “Idealnya di Jakarta dan serentak di beberapa wilayah lainnya di Indonesia,” ungkapnya, kepada wartabanjar.com.

    Ketiga, menurut Gazali Rahman bahwa dalam politik tidak boleh kesannya membuang anggota partai koalisi seperti Demokrat yang merasa telah dikhianati bahkan merasa terbuang. Politik yang dijalankan Nasdem dan PKB harusnya komitmen terhadap jalannya koalisi.

    “Yang terjadi, masuk satu yakni PKB namun Demokrat keluar. Artinya ini tidak berdampak banyak pula atau tak signifikan bahkan berakibat tingkat akar rumpuh goyah,” bebernya.

    Lanjutnya lagi, dalam mengembalikan tingkat emosi politik ditingkat akar rumpur perlu waktu yang tidak sebentar. Terlebih waktu maksimal hanya sekitar lima bulan saja lagi.

    Sisi minus lainnya dari pasangan Anies-Cak Imin ini, masih menurut Gazali Rahman, ditingkat akar rumput figure Anies dicap negatf. Ditambah adanya ‘image building’ dari Demokrat bahwa Anies sebagai pengkhianat. Hal-hal demikian bakal susah dijelaskan karena memang fakta Sejarah politiknya demikian.

    Kelima, visi dari koalisi perubahan sendiri dengan adanya pencalonan Anies-Cak Imin ini kembali dipertanyakan. Mengingat PKB bukanlah partai oposisi, apakah akan benar-benar mengusung isu perubahan.

    Sedangkan selama ini dalam pemerintahan Jokowi partai yang dikenal oposisi yakni Demokrat, PKS dan Nasdem yang ditengah-tengah pemerintahan Jokowi menyatakan oposisi.

    Menakar sisi minus lainnya, duet Anies-Cak Imin bakal membuka peluang koalisi baru untuk mengusung Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden. Melihat Demokrat yang sudah keluar dari Koalisi Perubahan dan PPP sendiri yang belum ‘istiqomah’ koalisi dengan PDIP mengingat calong yang diusung Ganjar Pranowo belum mengumumkan pasangannya.

    Baca Juga :   Hingga Penutupan, Pendaftar SMA Kemala Taruna Bhayangkara Capai 11.022 Orang

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI