FAKTA Aksi Bakar Alquran Makin Meluas di Denmark, Irak Bakar Kedutaan Besar Swedia

    WARTABANJAR.COMRasmus Paludan yang merupakan politikus ekstrem kanan Swedia-Denmark, kembali melakukan aksi bakar Alquran pada Jumat (27/1/2023).

    Kali ini kelakuan Paludan makin parah. Ia melancarkan aksinya di depan gedung Kedutaan Besar Turki untuk Denmark dan sebuah masjid di Kopenhagen, pada Selasa (26/7/2023) kemarin.

    Padahal, sebelumnya aktivis anti-Islam ini telah melakukan aksi kontroversial dengan membakar Alquran di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm pada 21 Januari lalu.

    BACA JUGA: Buntut Pembakaran Alquran, Kedutaan Swedia di Irak Diserbu Massa

    Akibat aksi itu, protes pun meluas di berbagai negara dan membuat Turki menyatakan tidak mau mendukung aksesi Swedia ke NATO.

    Pembakaran Alquran ini menjadi yang terbaru setelah protes serupa terjadi di Denmark dan Swedia sejak beberapa pekan terakhir hingga memicu amarah umat Islam dunia.

    Pembakaran Alquran kali ini dilakukan oleh sebuah kelompok yang dikenal dengan “Patriot Denmark”. Kelompok itu mengaku mengikuti aksi pembakaran Alquran yang lebih dulu berlangsung pada Senin pekan ini dan minggu lalu di depan kedutaan besar Irak.

    Ketika mengulangi aksinya di Kopenhagen, Paludan pun berjanji akan membakar Alquran setiap hari Jumat hingga aksesi Swedia ke NATO diterima.

    Aksi tersebut kembali menuai reaksi keras dari Ankara. Turki memanggil Duta Besar Denmark dan menuduh pemerintah negara itu mendukung “tindak kebencian.”

    Irak Bakar Kedutaan Besar Swedia

    Dilansir Reuters, Denmark dan Swedia telah menyesalkan pembakaran kitab suci Islam ini. Namun, kedua negara menyatakan tetap tidak dapat mencegahnya dengan dalih undang-undang perlindungan kebebasan berbicara dan berekspresi.

    “Denmark berulang kali mengutuk tindakan memalukan yang dilakukan oleh beberapa individu. Menekankan bahwa semua protes harus tetap damai,” ucap Menteri luar negeri Denmark Lars Lokke Rasmussen melalui X, jejaring sosial yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

    Akibat pembiaran ini, demonstrasi pun sempat pecah di Irak hingga para pengunjuk rasa membakar kedutaan besar Swedia di Baghdad.

    Melansir Associated Press, Kementerian Luar Negeri Turki merilis pernyataan bahwa “sikap Denmark tidak bisa diterima”. Turki pun mengutuk Denmark yang mengizinkan aksi bakar Alquran digelar.

    “Menunjukkan toleransi terhadap tidakan jahanam seperti itu melukai kepekaan jutaan orang yang tinggal di Eropa, mengancam praktik koeksistensi yang damai dan memprovokasi serangan-serangan rasis, xenofobik, dan anti-Muslim,” demikian bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki.

    Menurut Ankara, jika otoritas Denmark tetap mengizinkan pembakaran Alquran berlangsung berarti Copenhagen tidak melihat “keparahan” dari konsekuensinya.

    Turki telah mendesak Denmark mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah “kejahatan kebencian” terhadap Islam ini.

    Tak hanya Turki, Bahrain bahkan sampai memanggil kuasa usaha Swedia dan menyerahkan surat protes resmi yang melarang pembakaran Alquran di Stockholm.

    Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Irak juga telah meminta otoritas negara-negara Uni Eropa untuk “segera mempertimbangkan kembali apa yang disebut kebebasan berekspresi dan hak untuk berdemonstrasi” sehubungan dengan pembakaran Alquran yang kian marak di Benua Biru ini.

    Mesir Ikut Bangkit

    Kementerian Luar Negeri Mesir pun telah memanggil kuasa usaha Swedia untuk menghentikan penistaan terhadap Alquran yang terus berulang ini.

    Pembakaran Alquran memang bukan hal yang baru terjadi di Eropa. Namun, aksi penistaan terhadap agama ini kembali meluas setelah politikus ekstrem kanan, Rasmus Paludan, melakukan protes dengan membakar Al Quran di Denmark dan Swedia beberapa bulan lalu.

    Aksi pembakaran Alquran itu dilakukan Paludan sebagai bentuk protes terhadap Turki lantaran menghalang-halangi Swedia untuk bisa menjadi anggota Aliansi Pertahanan Negara Atlantik Utara (NATO).

    Baru-baru ini, aksi pembakaran Al Quran kembali terjadi setelah seorang imigran asal Irak melakukan aksi tersebut di Masjid Pusat Stockholm, Swedia, saat perayaan Idul Adha.

    BACA JUGA: Politisi Swedia Bakar Alquran di Wilayah Mayoritas Muslim, Indonesia Suarakan Kecaman

    Denmark buka suara

    Sementara itu, Menteri Luar Negeri Denmark Lokke Rasmussen menyatakan bahwa insiden yang melibatkan Paludan tidak akan mengubah hubungan baik dengan Turki. Lokke pun mengaku ingin bicara dengan Ankara soal hukum kebebasan berekspresi di Denmark.

    “Tugas kami sekarang adalah bicara ke Turki tentang bagaimana kondisi di Denmark dengan demokrasi kita yang terbuka, juga terdapat perbedaan antara Denmark, sebagai negara, serta rakyat kita, dengan individu tertentu yang memiliki pandangan yang sangat berbeda,” jelas Lokke.(wartabanjar.com/berbagai sumber)

    editor: didik tm

    Baca Juga :   Cintanya Ditolak, Remaja di Palangka Raya Ngamuk Bawa Mandau, Masuk Kamar Korban di Tengah Malam!

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI