WARTABANJAR.COM, JAKARTA – Masyarakat dihebohkan dengan wabah antraks di Gunungkidul yang memakan korban jiwa. Kasus ini bermula usai mengonsumsi daging sapi mati.
Sementara itu, orang-orang yang menyembelih dan mengonsumsi daging tersebut telah diambil sampelnya oleh Dinkes untuk dilakukan pemeriksaan. Berikut informasi selengkapnya soal penyakit antraks.
Apa itu Penyakit Antraks? Dilansir situs Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC), anthrax atau antraks adalah penyakit menular serius yang disebabkan oleh bakteri gram positif berbentuk batang yang dikenal sebagai Bacillus anthracis.
Bakteri ini dalam kondisi tertentu membentuk spora yang sangat resisten dan mampu mempertahankan virulensinya selama bertahun-tahun.
BACA JUGA: Tradisi Membeli Sapi Mati Diduga Jadi Pemicu Merebaknya Antraks di Gunungkidul
Antraks paling sering menyerang hewan gembala seperti sapi, domba, kambing dan kuda. Anthrax atau antraks juga dapat menyebabkan penyakit parah pada manusia dan hewan. Orang bisa terkena penyakit antraks jika mereka bersentuhan dengan hewan yang terinfeksi atau produk hewan yang terkontaminasi.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Imran Pambudi mengatakan, bakteri antraks kerap digunakan sebagai senjata biologis (bio-weapon).
Pasalnya, antraks memiliki tingkat fatalitas yang berbeda-beda tergantung jenisnya.
Tingkat fatalitas antraks yang menyerang kulit mencapai 20 persen, fatalitas antraks yang menyerang saluran pencernaan mencapai 25-70 persen, dan fatalitas antraks yang menyerang saluran pernapasan mencapai 80 persen.
“Untuk yang tipe pernapasan itu sangat mematikan. Makanya, antraks bisa menjadi bio-weapon, masuk menjadi senjata biologis,” kata Imran dalam konferensi pers dikutip Senin (10/7/2023).
Selain itu, ia mengatakan, antraks mampu bertahan hingga 40 tahun lamanya di tanah.
Sebab, bakteri akan membentuk spora bila berkontak dengan udara. Spora ini berfungsi sebagai pelindung, sehingga bakteri di dalam spora sulit mati.
Adapun antraks itu adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri B.anthracis. Antraks umumnya menyerang hewan herbivora seperti kambing, sapi, domba, dan lain-lain, lalu menyebar ke manusia jika mengonsumsi daging tersebut.
“Mungkin pernah mendengar bahwa antraks itu bisa menjadi salah satu teror, bisa digunakan teroris untuk meneror suatu wilayah. Jadi memang ini suatu hal yang perlu kita waspadai bersama terutama di daerah-daerah yang endemis tadi,” ujar Imran.
Oleh karena itu, ia meminta masyarakat, terutama di daerah endemis antraks untuk menjaga pola hidup bersih dan sehat.
Imran juga mengimbau agar tidak menyembelih dan mengonsumsi hewan yang sudah mati, terutama jika sebelumnya sudah sakit dan diduga positif antraks.
“Sekali lagi kami menyampaikan, tadi masalah hewan mati jangan dikonsumsi ini sangat penting dipatuhi. Untuk masyarakat kalau terjadi gejala-gejala yang kami sampaikan, seperti kulitnya melepuh atau kontak dengan sapi yang mati itu segera lapor ke puskesmas atau faskes,” katanya
Sebagai informasi, penularan antraks ke manusia terjadi melalui beberapa cara. Pertama, karena menyembelih hewan mati atau sakit karena antraks, kemudian dagingnya dikonsumsi oleh manusia.
BACA JUGA: Heboh Penyakit Antraks, Berikut Pencegahannya pada Hewan Ternak dan Manusia
Kedua, bisa pula melalui luka terbuka di permukaan kulit yang bersentuhan langsung dengan bulu, kulit, maupun daging hewan yang sudah terinfeksi. Infeksi juga bisa terjadi ketika korban menghirup spora dari antraks.
Diketahui, kasus antraks kembali terjadi di Kelurahan Candirejo, Kapanewon Semono, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Menurut Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul, satu orang dilaporkan meninggal dunia akibat antraks.(wartabanjar.com/berbagai sumber)
editor: didik tm
Mematikan, Antraks Bisa Jadi Senjata Biologis, Kemenkes: Menyerang Pernapasan 80 Persen
Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com