Jika ditotal, sambungnya, dalam satu bulan bisa mencapai Rp 800 ribuan.
“Namun kalau sepi antara Rp500 ribu hingga Rp 550 ribu,” ujarnya kepada wartabanjar.com, Minggu (28/5/2023) siang.
Ia mengambil bunga tersebut dari produsennya di Sungai Gampa dengan harga per bungkus plastik besar Rp 30 ribu.
Bunganya kemudian dirangkainya sendiri, kemudian dijualnya serenteng Rp 10 ribu.
Menurutnya, berjualan kembang barenteng ini ini lebih menjanjikan penghasilan menggiurkan dibandingkan dengan pekerjaannya sebelumnya yitu berjualan bubur ayam.
Berjualan bubur ayam diakuinya tak seramai seperti berjualan bunga rangkai, apalagi waktu bulan Ramadhan dan Syakban peminat kembang barenteng sangat banyak.
“Makanya saya memilih jualan bunga rangkai saja, bukan hanya banyak peminatnya namun juga jualan yang sangat gampang,” katanya.
Pedagang kembang barenteng lainnya, Zainah juga memaparkan suka dukanya berjualan ini.
Ia berjualan kembang barenteng ini sudah lebih dari 10 tahun.
Biasanya ia mulai berjualan pukul 7 pagi sampai jam 5 sore.
Jualannya ini dihargainya Rp10 ribu rupiah sudah dapat 3 bungkus plastik bunga rangkai.
“Sudah mempunyai banyak pelanggan dari dulu, satu minggu bisa tembus Rp 500 ribu rupiah,” bebernya.
Berbeda dengan Erni yang mengambil kembangnya dari Sungai Gampa, Zainah mengambilnya dari Martapura.
Diakui keduanya, penghasilan sebagai penjual kembang barenteng ini cukup untuk membiayai anak-anak mereka dan kebutuhan pokok di rumah. (rdh)
Editor: Yayu
Baca Juga: Dimintai Rp 500 Ribu Agar Foto Syur Tak Disebar, Gadis Asal Palangka Raya Adukan ke Polda Kalteng