4 Perintah Memaafkan Dalam Islam Tak Hanya Saat Idul Fitri

    Dalam Tafsir al-Misbah, Prof. Quraish Shihab menjelaskan kata (خُذ) yang berarti ambillah bermakna memperoleh sesuatu untuk digunakan agar memberi mudarat. Sedangkan dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada manusia dengan kata tersebut agar mereka memilih memaafkan kesalahan orang lain dibandingkan dengan membalas atau bahkan berbuat buruk lebih dari yang pelaku perbuat kepada mereka.

    Selanjutnya, kata “ambillah” dari ayat ini mengandung makna sepenuh hati. Kata berikutnya adalah (الْعَفْو) yang berarti maaf dan terdiri dari tiga huruf yaitu ‘ain, fa, dan wau.

    Prof. Quraish menjelaskan bahwa susunan kata ini mengandung 2 kemungkinan makna yaitu meninggalkan sesuatu dan memintanya. Sehingga dapat dipahami bahwa apabila seseorang telah memaafkan kesalahan orang lain, berarti Ia benar-benar meninggalkan (menghapus atau melupakan) kesalahan orang tersebut.

    Ketiga, surah as-Syura ayat 37, firman-Nya:

    وَالَّذِيْنَ يَجْتَنِبُوْنَ كَبٰۤىِٕرَ الْاِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَاِذَا مَا غَضِبُوْا هُمْ يَغْفِرُوْنَ ۚ

    “(Kenikmatan itu juga lebih baik dan lebih kekal bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah segera memberi maaf.”

    Masih pendapat dari ulama kenamaan yaitu Syekh Wahbah al-Zuhaily, Ia menjelaskan ayat di atas mengisyaratkan tentang kemuliaan Nabi Muhammad SAW yang memaafkan pasukan pemanah yang tidak melanggar intruksi beliau saat perang Uhud.

    Tidak hanya itu, Nabi Muhammad juga memaafkan perbuatan orang-orang kafir yang menjadi penyebab kematian pamannya, Hamzah bin Abd al-Mutallib dalam peperangan tersebut.

    Baca Juga :   5 Resiko Gangguan Kesehatan Jika Konsumsi Banyak Opor Ayam Saat Lebaran

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI