Dalam proses turun berkalanya itu, Al-Qur’an diturunkan dalam bulan yang berbeda-beda.
Ibnu Katsir menyebutkan sebanyak enam bulan yakni Syawwal, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, Shafar dan Rabi’ul Awwal.
Selain bulan Ramadhan bertepatan dengan turunnya Al-Qur’an, bulan Ramadhan juga menjadi waktu rutinan Nabi Muhammad SAW untuk bertadarus Al-Qur’an kepada Malaikat Jibril.
Dalam hadits riwayat Ibnu ‘Abbas dijelaskan:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Artinya: “Dari Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah SAW adalah manusia yang paling lembut terutama pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril ‘A\ss ‘alaihissalaam menemuinya, dan adalah Jibril mendatanginya setiap malam di bulan Ramadhan, dimana Jibril mengajarkannya Al-Quran. Sungguh Rasulullah saw orang yang paling lembut daripada angin yang berhembus.” (HR. Bukhari).
Hadits ini juga menunjukkan bahwa Rasulullah SAW mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam setahun pada bulan Ramadhan bersama Malaikat Jibril, kecuali pada tahun terakhir menjelang kewafatan, beliau mengkhatamkannya sebanyak dua kali.
Menurut Ibnu Rajab al-Hanbali (w. 1393 M.), ulama besar yang dalam bidang Aqidah bermazhab Asy’ariyah dan dalam bidang fiqih bermazhab Hanbali, menuturkan bahwa hadits ini menunjukkan kesunnahan bertadarus Al-Qur’an pada malam bulan Ramadhan secara berjemaah.