Lembaga Riset Kesehatan Prediksi Puluhan Ribu Kematian Akibat COVID-19 Bakal Terjadi Januari 2023 di China

    WARTABANJAR.COM, BEIJING- China masih harus berjibaku melawan virus corona.

    Belakangan ini, gelombang COVID-19 kembali melanda Negeri Tirai Bambu itu.

    Dikabarkan, kematian akibat COVID-19 di China diprediksi tembus hingga sekitar 9.000 kasus setiap harinya.

    Kajian lembaga riset data kesehatan yang berbasis di Inggris, Airfinity, mencatat pada 23 Januari 2023 nanti peluang kematian akibat COVID-19 bisa mencapai puluhan ribu jiwa dalam sehari.

    Airfinity memperkirakan angka kematian COVID di China pada 23 Januari 2023 bisa mencapai sekitar 25.000 kasus sehari.

    Perusahaan analis data itu menilai pada hari tersebut, total kematian kumulatif akibat COVID-19 di China sejak Desember 2022 bisa mencapai 584.000 kasus.

    Jumlah itu hampir dua kali lipat sejak prediksi terakhir lembaga tersebut memperkirakan 5 ribu kasus kematian akibat COVID-19 di Beijing pada awal 2023.

    Dalam laporan terbaru, Airfinity memprediksi 100 ribu kasus kematian bakal dialami Negeri Tirai Bambu sejak 1 Desember 2022.

    Jumlah kasus secara keseluruhan juga diperkirakan mencapai 18,6 juta.

    Airfinity juga memproyeksikan infeksi Covid-19 di China mencapai puncak pada 13 Januari 2023 dengan 3,7 juta kasus sehari.

    Angka itu sangat berbanding terbalik dengan jumlah kasus yang selama ini dilaporkan pemerintahan Presiden Xi Jinping.

    China belakangan memang sedang mengalami lonjakan kasus Covid-19 sejak negara itu mencabut kebijakan nol-Covid mereka pada 7 Desember.

    Pada 28 Desember, jumlah kematian resmi akibat Covid-19 di China mencapai 5.246 kasus sejak pandemi.

    Namun kemudian banyak ahli yang menduga jumlah sebenarnya jauh lebih banyak daripada yang dilaporkan otoritas China.

    Negara tersebut selama ini membantah terjadi lonjakan kasus virus corona, namun terkini Presiden Xi Jinping mengaku negaranya tengah kesulitan menghadapi tsunami Covid-19.

    Kendati demikian, pemerintah China saat ini mulai mengklasifikasi kasus kematian yang terjadi di negaranya.

    Apabila seseorang ditemukan meninggal karena sesak nafas yang disebabkan Covid-19 namun sebelumnya memiliki riwayat penyakit, dia tidak akan diidentifikasi sebagai kematian akibat virus corona. (berbagai sumber)

    Baca Juga :   Penyidik di Taiwan Selidiki Produksi hingga Pengiriman Pager ke Lebanon

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI