“Mereka (wasit-juri) yang punya sertifikasi terbaru itu malah sebagian besar tidak dipanggil untuk bertugas,” tukasnya.
Jadi, tegasnya, protes-protes yang muncul bahkan sempat ricuh itu karena kepemimpinan wasit-juri yang sebagian besar tidak layak untuk ditugaskan.
Di cabor Karate ini Forki Kalsel menghadirkan wasit berlisensi WKF (World Karate Federation) Donald Kolopita untuk menjadi dewan wasit tetapi setelah melihat kondisi yang ada dia memilih tidak bertugas di pertandingan, sebaliknya hanya menonton.
“Ini menjadi pelajaran bagi Forki Kalsel. Mereka memaksakan melaksanakan Porprov Cabor Karate ini walaupun mengetahui bahwa sebenarnya 11 wasit-juri tersebut tidak bisa ditugaskan,” tegasnya lagi.
Pungkas Bambang, kasihan para atlet dari berbagai daerah yang sudah berlatih dalam waktu panjang, ternyata di pertandingan dikecewakan dengan kepemimpinan wasit-juri.
Made Ria, pengurus Forki Tabalong, mengatakan, pihaknya sangat kecewa atas kinerja perwasitan yang sebagian besar tidak update peraturan terkini.
“Atlet kami dirugikan. Akhirnya pada hari ketiga sebelum seluruh nomor pertandingan selesai, kami putuskan untuk balik kanan ke Tanjung meninggalkan dua nomor pertandingan yang mestinya atlet kami ikuti,” katanya.
H Noval Syahrizal, atlet karate dari Forki Hulu Sungai Tengah, mengungkapkan, di even sebesar Porprov semestinya wasit-juri yang ditugaskan adalah orang-orang yang berkualifikasi sesuai sertifikatnya.
“Bagaimana memberikan penilaian dan pelanggaran, kalau mereka tidak paham peraturan pertandingan,” ujarnya. (Has/*)