Dari data yang ada, ungkap dia, ternyata BBM bersubsidi lebih banyak dinikmati oleh golongan masyarakat yang lebih mampu. Anggaran subsidi jadi salah sasaran dan tidak adil. “Bukan mengurangi kemiskinan, tapi justru menciptakan kesenjangan,” tegasnya.
Di sisi lain, lanjut Sri Mulyani, anggaran sebesar Rp 502,4 T untuk subsidi energi sebenarnya bisa dipakai untuk membiayai begitu banyak pembangunan yang lebih bermanfaat bagi masyarakat luas dan tepat sasaran. Untuk itu, kebijakan subdisi dan kompensasi akan disesuaikan agar APBN dapat memberikan lebih banyak manfaat bagi masyarakat.
Di unggahannya, Sri Mulyani juga menyertakan grafis subsidi untuk solar, pertaliter dan gas 3 kg.
Untuk solar, subsidinya saat ini sebesar 63,1% sehingga bisa dijual ke masyarakat Rp 5.150 per liter.
Padahal harga seharusnya adalah Rp 13.950 liter.
Subsidi pertalite, sebesar 47,1% di mana harga seharusnya adalah Rp14.450 sehingga setelah disubsidi bisa menjadi Rp 7.650 per liter, atau terdapat selisih harga Rp 6.800.
Yang terbesar adalah subsidi pada gas 3 kg, yakni 77%.
Gas 3 kg seharusnya adalah Rp18.500/kg atau Rp55.500 per tabung 3 kg.
Sementara saat ini, harga dari Pemerintar Rp 4.250/kg atau sekitar 12.750/tabung 3kg. (edj)
Editor: Erna Djedi