WARTABANJAR.COM, JAKARTA – Masyarakat kembali harus bersiap menghadapi kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi.
Pemerintah melalui kementerian dan lembaga terkait, sedang mematangkan rencana untuk menaikkan harga BBM Pertalite.
Saat ini pembahasan tengah intens dilakukan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
“Lagi dibahas. Masih dikoordinasi di Pak Airlangga (Menko Perekonomian),” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif usai Sidang Tahunan MPR, Selasa (16/8/2022), menjawab pertanyaan wartawan terkait rencana kenaikan harga Pertalite.
Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan harga Pertalite akan naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10 ribu per liter.
Dengan demikian, inflasi 2022 bisa menembus 6-6,5 persen secara year on year.
Bhima menuturkan dampak kenaikan BBM akan dirasakan langsung oleh masyarakat. Daya beli masyarakat bakal menurun dan mendorong bertambahnya jumlah orang miskin baru.
“Karena konteksnya masyarakat saat ini sudah menghadapi kenaikan harga pangan, dengan inflasi mendekati 5 persen,” kata Bhima, Rabu, 17 Agustus 2022, dilansir Tempo.co.
Bhima mengatakan di tengah pemulihan ekonomi setelah pandemi Covid-19, kenaikan harga BBM bisa memberikan pukulan berat bagi masyarakat.
Apalagi, saat ini ada 11 juta lebih pekerja yang kehilangan pekerjaan, jam kerja dan gaji dipotong, hingga dirumahkan.
Jika situasi itu diperberat dengan kenaikan harga BBM bersubsidi, Bhima khawatir tekanan ekonomi untuk 40 persen kelompok rumah tangga terbawah akan semakin dalam. “Belum lagi ada 64 juta UMKM yang bergantung dari BBM subsidi,” ujarnya.