Penelitian tersebut melibatkan lebih dari 600 ribu subjek dari data yang diperoleh dari 25 studi di Amerika Serikat, Eropa, dan Australia.
Hasilnya, peneliti menemukan bahwa mereka yang bekerja lebih dari 55 jam per minggu memiliki risiko stroke lebih tinggi daripada mereka yang bekerja dalam waktu normal (35 sampai 40 jam per minggu).
Ini menunjukkan bahwa jam kerja berlebih dalam jangka panjang tidak baik untuk kesehatan tubuh.
Jam Kerja Berlebih Menurunkan Aktivitas Fisik
Masih mengutip jurnal yang sama, kematian mendadak karena terlalu banyak bekerja sering kali disebabkan oleh stroke.
Hal tersebut juga diyakini akibat respons stres yang terjadi berulang.
Aktivitas fisik yang kurang mungkin berhubungan dengan jam kerja yang panjang dan stroke.
Hipotesis ini didukung karena adanya bukti peningkatan risiko stroke pada mereka yang duduk dalam waktu lama saat bekerja.
Beberapa bukti meskipun tidak konsisten juga menunjukkan mereka yang bekerja lebih lama cenderung mengabaikan gejala penyakit.
Akibatnya, mereka cenderung tidak menghiraukan gejala kardiovaskular akut yang sedang dirasakan dan cenderung menunda memeriksakan diri ke dokter.
WHO juga Menjelaskan Hal yang Sama
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jam kerja yang panjang menyebabkan 745 ribu mortalitas atau kematian karena stroke dan penyakit jantung iskemik pada tahun 2016.
Dari total 745 ribu mortalitas, 398 ribu orang meninggal dunia akibat stroke dan 347 ribu meninggal dunia karena penyakit jantung.
Ini disebabkan oleh jam kerja setidaknya 55 jam per minggu.