Sementara itu, Ed Moya, analis di platform perdagangan online OANDA, mengatakan emas akan tetap didukung sentimen tekanan inflasi, situasi Covid China yang tidak diketahui, dan perusahaan-perusahaan Amerika terus memangkas prospek mereka.
Meskipun masih jauh dari level tertingginya di kuartal pertama, harga emas diperkiakan kembali menyentuh US$2.000 pada tahun ini, menurut laporan In Gold We Trust terbaru.
Dalam prospek emas tahunannya, analis di Incrementum AG tetap optimistis terhadap emas karena kenaikan inflasi mengancam untuk mendorong ekonomi global ke dalam resesi dan menciptakan lingkungan stagflasi.
Perusahaan investasi Eropa tersebut mengatakan bahwa normalisasi kebijakan moneter di seluruh dunia mulai mengekspos masalah utama dalam ekonomi global yang ditutupi oleh kebijakan moneter longgar dan sejumlah besar likuiditas.
“Sama seperti pada 2018, ketika kami memperingatkan konsekuensi yang tak terhindarkan dari upaya membalikkan arus moneter, kami sekarang mengeluarkan peringatan eksplisit lainnya. Selain inflasi yang melonjak, resesi bearish sekarang membayangi,” kata analis Incrementum AG, dikutip dari Kitco.com. (*)
Editor: Erna Djedi