Kepanikan dan Kecemasan Landa Warga di 27 Kota China Akibat Lockdown

    Pada Maret, seorang perawat yang tidak bertugas di Shanghai meninggal setelah ditolak dari bangsal darurat di rumah sakitnya sendiri yang ditutup untuk disinfeksi.

    Sedangkan pada awal April, seorang petugas kesehatan memukuli seekor corgi peliharaan sampai mati setelah pemiliknya dinyatakan positif covid-19, pembunuhan itu terekam kamera.

    Tak sampai di situ, pada pekan lalu, para pekerja dilaporkan mendobrak pintu rumah seorang wanita berusia 92 tahun pada dini hari untuk memaksanya dikarantina.

    Cerita-cerita tersebut dan banyak kekacauan lainnya viral di sosial media China, memicu netizen melontarkan kecaman — suatu peristiwa yang tergolong langka di sana.

    Kisah serupa telah dilaporkan dari bagian lain negara itu juga.

    Pada Maret, mahasiswa di sebuah universitas yang terkunci di Kota Jilin memohon bantuan, mengatakan bahwa mereka dibiarkan berjuang sendiri tanpa persediaan bahan-bahan baku.

    Masih di bulan yang sama, beberapa penduduk Changchun melaporkan kesulitan perawatan medis untuk penyakit non-covid seperti kanker atau kondisi ginjal, karena rumah sakit menolak pasien.

    Insiden-insiden ini terjadi di Shanghai, kota yang sejak lama dipandang sebagai kota paling modern dan kosmopolitan di China.

    Meskipun Beijing belum membatasi pergerakan orang di luar area berisiko tinggi, banyak penduduk mulai melakukan pembelian panik minggu ini, sehingga muncul antrean panjang di kasir supermarket dan rak-rak yang kosong.

    Penguncian dan pembatasan telah memukul aktivitas ekonomi, terutama di kota-kota penting seperti Shanghai dan Shenzhen. Pengangguran mencapai level tertinggi 21 bulan pada Maret.

    Baca Juga :   Dikira Bom, Vape Meledak Dalam Pesawat Membuat Ratusan Penumpang Panik dan Dievakuasi

    Baca Lebih Lengkapnya Instal dari Playstore WartaBanjar.com

    BERITA LAINNYA

    TERBARU HARI INI