“Sekarang kalau mudik pakai pesawat itu masalah besar menurut saya karena suplai pesawat ini berkurang jauh. Berkurangnya 60 sampai 50 persen dari dua tahun yang lalu,” tutur Arista.
Ia mengatakan bahwa hal ini dapat menjadi masalah karena kapasitas penumpang berpotensi turun hingga 50 persen meski ada tambahan jumlah penerbangan.
“Pesawat kan dia dibatasi suplai shrink ya, kalau dia sudah penuh sudah nggak bisa (ditambah lagi), paling ada extra flight. Extra flight pun dengan asumsi kapasitas jumlah pesawatnya turun hampir 50 persen dua tahun yang lalu,” kata Arista.
Dengan SDM yang terbatas, ia memprediksi maskapai akan meminta karyawan untuk lembur.
Ia sangsi maskapai akan mempekerjakan kembali karyawan yang sudah terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Paling cara mengatasinya (pekerja yang ada) suruh lembur. Kalau dipekerjakan kembali itu berdasarkan rasio jumlah pesawat yang ada, sedangkan rasio jumlah pesawat kan turun,” ucap Arista.
Selain itu, sambungnya, ada potensi masyarakat beralih ke transportasi yang lebih ekonomis untuk perjalanan mudik, seperti kereta api. Hal ini ia karena maskapai penerbangan akan mematok harga di tarif batas atas.
“Saya prediksi dia akan pasang tarif di tarif batas atas. Pesawat itu ada tarif batas atas, tarif batas bawah. Nah sekarang aja, tarif menengah nggak ada, semua pasti sampai di batas atas,” tutup Arista. (*)
Editor: Erna Djedi