Adapun secara tidak langsung, petir menyambar di tempat lain.
“Biasanya jaraknya cukup dekat atau terkoneksi dengan tangki,” kata dosen di Kelompok Keahlian Teknik Ketenagalistrikan ITB itu. Potensi itu bisa menghasilkan percikan kecil api hingga melalap isi tangki. “Bisa jadi lewat pipa, kabel, itu ada standar keamanannya,” ujar Syarif.
Umumnya, dia menambahkan, lokasi petir yang bisa menyebabkan itu berjarak sekitar kurang dari satu kilometer. Lebih dari jarak itu, kecil kemungkinan bisa menimbulkan percikan api.
Tangki kilang minyak, Syarif menjelaskan, memang lebih rawan terbakar saat tersambar petir. Alasannya, karena tangki punya beberapa akses bukaan yang memungkinkan udara oksigen dan bahan bakar bercampur.
“Kalau kebetulan ada titik api entah dari petir, korek api, atau apa pun itu bisa menyala,” ujarnya.
Syarif membandingkan dengan gas alam atau cair yang tangki penampungnya punya akses pengeluaran isi lewat jalur khusus dan bukan di bagian atas. Dengan begitu, risiko tangki gas disambar petir hingga meledak lebih kecil.
Sebelumnya diberitakan TEMPO.CO, Pertamina melaporkan hasil investigasi kasus kebakaran di kilang Balongan, Indramayu, Jawa Barat, dalam rapat bersama Komisi Energi DPR, 28 September 2021.
Bersama empat pihak eksternal, mereka mencari penyebab kebocoran tangki dan kebakaran pada dinihari, 29 Maret lalu.
Soal kebocoran, menurut Pertamina, disebabkan oleh sambaran petir travelling pada pukul 23.09 WIB yang memicu degradasi pada dinding Tangki G. Dinding tangki itu lalu menipis sampai akhirnya robek dan bocor.