Tercatat para sahabat yang berlomba-lomba memuji Nabi Muhammad, seperti Shafiyyah binti Abdul Muthallib, Hassan bin Tsabit, Sayyidina Ali, dan lain sebagainya.
“Pujian-pujian itu dikumpulkan menjadi satu buku yang terdiri dari empat jilid oleh Syekh Yusuf an-Nabhani dengan judul Al-Madâ’iḫ an-Nabawiyyah,” terang Kiai kelahiran Cirebon, Jawa Barat itu.
Hanya saja, lanjut Kiai Said, pujian yang paling terkenal adalah syair-syair gubahan Ka’ab bin Zubair.
Kiai Said mengisahkan, suatu ketika Ka’ab mencaci maki Nabi Muhammad dengan keterlaluan. Kebetulan, kakaknya yang bernama Bujair sudah masuk Islam.
Ka’ab berkata pada Bujiar, ‘Bujair, kamu itu kumpul-kumpul dengan Muhammad, dengan teman-teman Muhammad yang minum arak, mabuk. Kalau sudah Mabuk, Muhammad biasanya ngigau.”
Ucapan Ka’ab itu sampai terdengar ke telinga sahabat Nabi. Para sahabat pun meminta izin untuk mencari Ka’b dan membunuhnya jika sudah ketemu.
“Anehnya, Nabi mengizinkan. Para sahabat pun mulai mencari Ka’ab,” imbuh Kiai Said.
Kabar pemburuan itu ternyata terdengar oleh Ka’ab sebelum ia tertangkap.
Segera ia menyamar menemui Rasulullah di Madinah dengan wajah ditutupi syal berwarna merah.
Begitu bertemu Rasulullah dan yakin bahwa Nabi tidak mengenalinya.
Ka’ab berkata pada Nabi: “Katanya kau sedang mencari Ka’ab bin Zuhair, kalau dia datang ke sini dan minta maaf, engkau maafkan enggak?”
“Saya maafkan,” jawab Rasulullah.
“Kalau dia masuk Islam, apakah kamu percaya?” lanjut Ka’ab.
“Saya percaya,” jawab Rasulullah.
Ka’ab pun membuka syalnya dan mengaku bahwa dirinya adalah Ka’ab yang sedang Nabi cari.